Oleh : KSuheimi
Idul adha disebut juga hari raya korban. Korban yang dipersembahkan Ibrahim pertanda kepatuhannya kepada Allah SWT dengan mengorbankan anak kesayangan satu-satunya Ismael. Dan peristiwa itu bertepatan dengan waktu Adha. Adha adalah waktu sesudah waktu dhuha tapi belum masuk waktu lohor. Disaat itulah disuatu siang Ibrahim menggoroh merih Ismael anak yang sangat dicintainya. Sehingga hari Raya itu disebut Hari Raya Korban yang dilaksanakan pada saat waktu Adha. Disebut juga dengan hari Raya Haji. Karena pada saat itu dilaksanakan ibadah haji.
Ibadah yang diawali dengan wukuf di Padang arafah. Sewaktu menuju Padang Arafah itu kita mengumnadangkan Talbiah :"Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik la syarikalaka labbaik. Innal hamda, wanikmatalaka, walmulka lasyarikalaka" Aku datang-aku datang memenuhi panggilan_Mu Ya Allah. Untukmu segala puji, segala nikmat dan segala kerajaan. Tiada syarikat bagi_Mu.Tiap kali kita di panggil_Nya dan tiap kali pula kita penuhi panggilan itu. Setiap Jum'at, setiap shalat, setiap puasa dan setiap berkurban. Siapa-siapa yang telah terbiasa memenuhi panggilan itu, nanti tidak canggung ketika memenuhi panggilan_Nya yang terakhir.
Arafah yang berarti pengenalan, mengenal kembali diri mengenang kembali dosa-dosa yang pernah dikerjakan. Diharapkan para haji mengenal jati dirinya, menyadari kesalahannya, bertekad tidak mengulanginya serta menyAdari pula kebesaran dan keagungan penciptanya.Maka sewaktu wukuf di Padang Arafah semua orang mengenang dan menyesali dosa-dosa yang pernah dibuat, dengan linangan dan deraian air mata yang bercucuran semua jemaah meratapi dan menyesali dosa-dosa yang pernah diperbuat. Semua orang hadir saat itu di Padang Arafah, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang bersih maupun yang sedang datang haid. semua berkumpul semua berhimpun berwukuf merenung dan mengenang segala kesalahan dan kekhilafan selama ini.
Di Padang Arafah semua berpakaian Ihram, yaitu 2 helai kain putih yang tidak berjahit, dengan kepala yang terbuka. Andaikan ada yang menutup kepala , andaikan ada yang memasang topi atau mahkota sebagai pertanda dia Raja, maka ihramnya batal dan hajinya tidak diterima. Andaikan ada yang memakai tanda pangkat tandanya dia sebagai pejabat, atau bintang jasa didada, maka ihramnya akan batal dan hajinya ditolak. Dengan pakaian yang sama dan tempat yang sama di Padang Arafah, tidak bisa kita membedakan mana orang kaya dan mana yang miskin, mana yang berpangkat dan mana rakyat jelata, semuanya sama. Melihat semua kemah yang berwarna putih dan pakaian jemaahnyapun putih-putih berpakaian ihram, seakan -akan berada di Padang Mashar waktu menghadap Tuhan. Seakan-akan ada isyarat jika menghadap Tuhan, lepaskanlah semua tanda kebesaran, hanya dua helai kain putih yang tak berjahit, dengan sangat sederhana kita menghadap Tuhan. Tinggi rendah seseorang ditentukan oleh Taqwanya.
Pakaian melahirkan perbedaan, dan menggambarkan status sosial, serta menimbulkan pengaruh psikologis, menanggalkan pakaian biasa berarti menanggalkan segala macam perbedaan menghapus keangkuhan yang di timbulkan oleh status sosial, mengenakan pakaian Ihram melambangkan persamaan derajat kemanusiaan serta menimbulkan pengaruh psikologis bahwa yang seperti itulah dan dalam keadaan demikinlah seseorang menghadap Tuhan pada saat kematiannya.
Senin, 03 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar