Oleh : KSuheimi
Dalam ayat ini menggambarkan kepemimpinan Nabi Ibrahim, sewaktu dapat wahyu dari Allah SWT yang memerintahkan beliau agar menyembelih anak kandungnya Ismael as. Ibrahim menyampaikan wahyu Allah itu kepada Ismael, dengan cara yang sangat mengharukan.
Ibrahim ternyata menanyakan dulu pendapat anaknya, Ismael. disertai nasehat agar Ismael memikirkan sendiri, makna perintah Allah itu. Baru sesudah itu perintah itu terlaksana berdasarkan keputusan bersama antara sang ayah dan sang anak. Bukan semata-mata keputusan sang ayah, yang dalam hal ini bertindak sebagai atasan atau pimpinan.
Cara Ibrahim ini dalan manajemen modern ternyata sangat menentukan keberhasilan setiap pemimpin, karena anak buah merasakan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang dibebankan, sehingga komitmen mereka semakin tinggi dan motivasi merekapun akan sangat tinggi. Dengan demikian setiap orang akan memberikan partisipasinya dalam menjalankan setiap keputusan.
Betapa tingginya partisipasi itu terlihat dalam kisah Ibrahim dan Ismael sewaktu akan melaksanakan penyemblihan itu, agar penyemblihan itu berjalan lancar. Berkata Ismael kepada ayahnya :"Wahai ayahku, sebelum penyembelihan dilaksanankan ada 3 permohonanku padamu :
1. Tolong asah pisau tajam-tajam agar proses penyemblihan itu bisa berjalan lancar.
2. Tolong ikat kaki dan tanganku agar engkau tidak melihat aku menggelepar-gelepar.
3. Bajuku yang berlumuran darah nantinya, tolong berikan kepada ibuku, agar beliau tahu, bahwa saya adalah anaknya yang berbakti pada orang tua.
Dengan membawa serta bawahan mengambil keputusan, maka pekerjaan yang akan dilaksanakan itu akan semakin tinggi efesien dan efektivitasnya.
Sehingga ketika iblis menggoda ingin membatalkan perintah itu di jumratul Ula dengan membujuk Ismael dan Ibrahim dengan mengatakan, tak mungkin Tuhan sekejam itu memerintahkan sembelih anak, langsung Ismael menjawab dan meminta agar ayahnya terus melaksanakan perintah Tuhan Itu. Demikian pula sewaktu anak dan ayah ini di goda di jumratul Wustha dan jumratul Aqabah. Anak dan ayah ini tak mempan dengan bujukkan dan rayuan Iblis dan syetan. Sehingga akhirnya kedua anak dan ayah itu sampai ketempat penyembelihan. Setelah pisau diasah tajam-tajam, kai dan tangan Ismael dikat agar dia tidak menggelepar, dan disaat Ibrahim menempelkan pisau yang tajam keleher anaknya dan akan menggorohnya. Ketika itulah Tuhan mengganti Ismael dengan seekor kibas. Cukup Ibrahim pengorbananmu sudah di terima. Sesungguhnya Kata Tuhan :"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tapi ke taqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya Surat Al-Haji ayat 37.
Di Jumratul Ula iblis di lempar dengan batu, demikian pula di Jumratul Wustha dan Jumratul Aqabah. Ini pulalah yang di syariatkan dalam menunaikan ibadah Haji; melempar di Mina, di jumaratul ULa,Wustha Dan 'Aqabah. Dan disini pulalah perjuangan yang sangat berat sewaktu menunaikan ibadah Haji, disini pulahlah orang banyak mati, mati terinjak-injak dan bermacam cobaan dan godaan justru banyak terjadi waktu melempar ini. Kitapun belum melupakan korban yang jatuh waktu di Terowongan Al Mu'asyim beberapa tahun yang silam.
Senin, 03 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar